Tuesday, May 22, 2007

Bahkan Ia Belum 16 Tahun Saat Itu

Bahkan Ia Belum 16 Tahun Saat Itu.


Tidak ada yang menyangka, kegemarannya melakukan surfing di internet mengantarnya ke balik jeruji bui. Siapa yang menyangka, bukankah umurnya belum 16 tahun saat itu? Bahkan ia belum sempat duduk di bangku kelas 2 SMA.

Dakwaan perkosaan atas anak gadis untuknya terasa sangat berat diterima oleh keluarganya, termasuk aku, orang yang mencintainya.

Masih sulit untuk saya percaya dakwaan untuknya. Terlebih lagi, keputusan Hakim memberinya hukuman 4 tahun penjara. Siapa yang menyangka, bukankah umurnya belum 16 tahun saat itu?

Tapi itulah keputusan hakim untuknya. Semua bukti meberatkannya, dan ia sudah mengakuinya. Ia adalah pemerkosa seorang anak gadis. Hancur sudah masa depannya, seperti ia menghancurkan keperawanan gadis kecil itu. Dan semua berawal dari kegemarannya melakukan surfing di internet.

Ya, internet telah mengajarkannya tentang berbagai keburukan. Di internet ia bebas berjam-jam menikmati gambar-gambar wanita tanpa busana dengan lekuk-lekuk pose yang menantang di berbagai situs porno. Di sana pula ia mengenal berbagai teori yang mengajarkan tentang kegiatan seksual dengan berbagai posisi yang menantang, yang kebenarannya belum bisa dibuktikan. Tidak ada yang melarangnya, tidak orang tuanya, tidak pula guru agamanya, termasuk saya. Siapa yang menyangka, bukankah umurnya belum 16 tahun saat itu?


Dan siapa yang menyangka, ia merasa harus mempraktekkan ilmu yang ia dapatkan di internet tersebut. Dan terjadilah. Gadis cilik berusia 7 tahun dijadikannya ‘wanita tanpa busana’ dalam prakteknya. Dan semuanya berawal dari kegemarannya melakukan surfing di internet. Dan akibat dari itu semua, setidaknya untuk 4 tahun ke depan sejak saat itu, ia harus melalui hari-harinya di balik jeruji besi, tidur di atas lantai yang dingin, dan pintu yang terkunci. Siapa yang menyangka, bukankah umurnya belum 16 tahun saat itu.


Ia adalah pemerkosa yang menghancurkan masa depan seorang anak kecil.
Dan dengannya ia memperkosa masa depannya sendiri.
Dan untuk itu aku membencinya.

---00---

Aku mengenalnya sebagai pemuda bernama Rahman. Ia masih sangat muda. Mungkin usianya baru 22 atau 23 tahun. Aku tidak benar-benar yakin. Aku sudah lama mengenalnya, tapi tetap saja, aku tidak benar-benar yakin.

Ia adalah orang yang aku anggap sebagai orang yang paling bodoh karena melakukan hal bodoh untuk dirinya dan orang lain. Namun sekarang, ia adalah matahari bagi semua orang di dekatnya.


Mungkin baru kembali sekitar dua tahun yang. Siapa yang menyangka, sekarang ia sudah menjadi seorang yang luar biasa dengan apa yang didapatkannya. Di usianya yang masih sangat muda, ia adalah seorang yang kaya raya, dan juga seorang guru komputer untuk anak-anak yang tinggal di sekitar rumahnya. Dari apa yang ada padanya sekarang, tidak ada yang menyangka ia adalah seorang mantan nara pidana. Ia adalah cahaya baru bagi anak-anak di sekitarnya.


Tapi dengan apa yang telah ia lakukan, aku masih menganggapnya sebagai pemerkosa. Orang bodoh yang memperkosa seorang anak gadis, dan sekaligus memperkosa masa depannya sendiri.

Aku masih membencinya.


Hingga suatu hari, ia menyempatkan diri menyapaku. Aku diam saja ketika ia menanyakan kabarku. Aku benar-benar masih membencinya.

Dia terus saja berbicara, meski aku tidak pernah membalas apa yang ia katakan.

Hingga ia bercerita mengapa ia bisa seperti sekarang.

“Semua karena internet”, katanya. “Aku mengenal internet, hingga aku juga mengenal penjara. Bahkan hingga aku menjadi seperti sekarang, semua karena internet.”

Aku masih diam saja. Tapi aku tidak munafik, aku serius mendengarkannya.

Lalu ia mengajakku duduk di sebuah taman yang ada kafe di dekatnya. Aku ikut saja. Lalu ia membuka tasnya, mengeluarkan komputer jinjingnya, lalu memperlihatkanku apa yang bisa ia lakukan dengan alat itu.

“Kita masih berada di area hotspot internet dari kafe itu. Kita bisa berinternet di sini.”

Aku terkejut, dan mulai berfikir buruk tentangnya. Ia pasti akan menunjukkan kepadaku situs-situs porno di internet. Tapi aku masih saja diam.

“Lihat, ini yang membuatku seperti sekarang”, ia menunjukkan sebuah halaman di layer komputernya. Terdapat tulisan becetak tebal di kiri atas halaman tersebut, ‘ Today's Earnings: $455 . Tapi aku tidak mengerti maksudnya.

“Aku menyesal,” lanjutnya. “Aku menyesal tidak melakukannya sejak dulu. Harusnya aku tidak membuka situs-situs porno saat itu.”

“Ya, tapi apa ini ?” rasa penasaranku ternyata memaksaku untuk bertanya.

“Ah, ya. Ini adsense,” ia mulai menjelaskan. “Dengan ini kita bisa mendapatkan uang di internet. Ini artinya, pemasukanku hari ini sebesar 455 US Dollar.” dan ia terus melanjutkan.

Dari apa yang telah ia jelaskan. ternyata ia sekarang adalah seorang pengelola situs pendidikan. Ya, ia memang tidak memiliki cukup pendidikan, tapi ia mengumpulkan berbagai artikel pendidikan, dan memasukkannya ke dalam situsnya. Dan dengan situs itu pula ia mendapatkan banyak uang. Tapi ia terlalu banyak cerita, hingga terlalu sedikit yang bisa aku ingat.

Siang hampir mencapai klimaksnya, ia segera menutup bicaranya. “Ya, tapi memang semua berawal dari situs porno. Aku belajar tentang internet, berawal dari belajar membuka situs porno. Yah, di situlah aku belajar. Dan karena pembelajaran itu, aku jadi seperti ini. Jadi, mohon jangan hukum aku karena kesalahanku. Aku bahkan belum 16 tahun saat itu.”

Ya, ia bahkan belum 16 tahun saat itu. Dan kini, setelah semuanya lewat, ia bukan lagi orang yang sama sekarang.

Apakah aku masih membencinya?
Aku tidak benar-benar yakin.
Mungkin aku hanya membenci orang yang sama pada usia yang belum 16 tahun saat itu.
Entahlah. Aku tidak benar-benar yakin.

Tulisan tentang suamiku Rahmat.

Oleh : Ny. Rahmat.


------------------------------

Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Penulisan Entry Blog Bulan Pendidikan Angingmammiri.org dalam rangka Hari Pendidikan Nasional, Mei 2007, dengan tema : Internet, mendidik atau merusak?

------------------------------

Update : 29 Juni 2007

Tulisan ini berhasil memperoleh juara II dalam Lomba Penulisan Entry Blog bulan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Makassar, Angingmammiri

Juara Kedua Lomba Penulisan Entry Blog Dalam Rangka Hari Pendidikan Nasional Mei 2007 yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Makassar Angingmammiri.org

Friday, May 18, 2007

83 USD Hangus, sampai United Template

Jengkel juga, karena kesalahan sedikit, duitku hilang! Ndak tanggung-tanggung, 83 US Dollar hangus seketika. Aaaahhh!!!
Hmm, yang hangus itu duit yang bakal saya terima dari Google (Adsense). Terakhir saya cek, total sudah terkumpul 83 US Dollar, Tapi beberapa saat kemudian, saya cek lagi, sudah tidak bisa! Aaaahhh!!! 83 Dollar hilang begitu saja. (83 Dollar itu saya kumpulkan dalam waktu 3 hari. Hehehehe)
Kata pihak Google, saya menyalahi perjanjian, karena melakukan klik iklan sendiri. Hahahaha..
Ya, tapi itu kan ndak sengaja.
Ck ck ck ck.. Tapi Google ndak mau kompromi. Account saya dihapus.
Tapi kemudian, saya ndak patah semangat.
Saya daftar account Google Adsense yang baru. Dan APROVED!! Diterima!
Kemudian, instalasi script adsense di blog, dan sudaaahh...
Oiya, barusan bikin template, dan hasilnya..


Bisa dilihat di http://manchesterunited-wallpaper.blogspot.com
dis sini juga, http://ronaldowallpapercollection.blogspot.com

Jadi, kalau mau wallpaper tentang sepakbola untuk desktop komputernya, download saja gratis di situ.

Hmmm...
Salam,

Monday, May 07, 2007

We've Got Our Trophy Back!


Congratulation!
We've Got Our Trophy Back!

Congratulation and thanks to the 'Old Sir' Sir Alex for his vision, his brain and his idea, the Players for their spirits and their Red Devil's Power, the Fans for their songs.

We've Got Our Trophy Back!
Glory Glory Man United



Friday, May 04, 2007

Keju


"sudah kusimpan kejuku di sana dan di sini. terlalu serakah, padahal aku tidak bisa memiliki keduanya sekaligus.
ku tinggalkan keju yang rasanya lezat itu. ku datangi kejuku yang lain, mengisi yang kosong, mencari yang hilang, meramaikan yang sepi, menceriakan yang menangis, membantu yang perlu.
meski sudah mulai busuk, kunikmati saja. ini memang untukku. aku tidak akan mengambil keju mereka. ini, kunikmati saja."

pesantikuskediri