Mimpi itu, samar-samar kini. Seperti daun yang tertimbun kerikil-kerikil pekat dan terkunci debu-debu yang melumpur.
Seperti juga tawa, samar-samar kini. Seperti teriakan-teriakan seribu gagak yang jauh, dan semakin menjauh, hingga hilang di balik bukit dengan sebaris pohon kamboja yang mati. Oleh panas, oleh sakit. Oleh kenyataan.
Dan semua pahit, samar-samar kini. Meski tidak pernah berubah manis. Ya, samar-samar kini, tercampur, tersembunyi ego tentang kesadaran, bahwa dalam tidur pun, kita masih terpaksa untuk bermimpi.
Dan semua tertawa ketika gagak-gagak itu kembali. Seribu satu kini, tertawa, dan bermain dengan hatinya sendiri. Dan lupa, sebaris kamboja mati di bukit tempatnya sembunyi berdiri. Benar, mereka lupa.
Dan mereka tetap tertawa, bermain dengan hatinya sendiri.
Kamboja-kamboja itu kini...
MATI
1 comment:
pulang2 ma ko itu
Post a Comment