Sunday, October 21, 2007
Invisible to everyone
and i'm not a prisoner
shit!
but a wall is fully covering my self, only 2 meters away
invisible wall... and rules
inside your mind.
suck!!
Wednesday, October 10, 2007
MENANGKAP SENYUM CERIA DARI DALAM NURUL FATIMAH
Kemarin, 25 November 2007, saat kegiatan Talkshow Tentang Blog, Blog : the Voice of Freedom yang diselenggarakan dalam rangka Ulang Tahun Pertama Komunitas Blogger Makassar Angingmammiri, tulisan ini mendapatkan penghargaan : Posting Terbaik Ramadhan 1428 H Komunitas Blogger Makassar Angingmammiri
(senangnya)
---------------------------------------------------
Rabu siang, 26 September 2007, tepat setelah jam kuliah berakhir, saya berencana mencari sebuah panti asuhan yang dapat dijadikan lokasi untuk kegiatan Anjangsana Blogger Makassar yang diadakan Komunitas Blogger Makassar Angingmammiri.org. Saya memutuskan untuk mencarinya di seputaran Antang. Selain karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup bagus tentang lokasi dan jalan-jalan yang ada di kota Makassar, Antang adalah salah satu daerah yang terdekat dengan kampus yang potensinya cukup besar untuk saya jelajahi.
Saya pun harus bertahan di atas motor, di bawah terik matahari menembus padat dan macetnya lalu lintas di depat M’Tos, pusat perbelanjaan yang pada hari itu baru saja dibuka secara perdana di wilayah Tallo - Tamalanrea.
Hingga setelah sekitar 45 menit, akhirnya saya berhasil melalui macet tersebut. Padahal jika dalam kondisi normal, saya hanya membutuhkan waktu 5 sampai 10 menit untuk menempuh perjalanan dari kampus Unhas ke wilayah Tallo.
Saya kemudian terus melaju hingga sampai di seputaran Antang. Saya mulai memperlambat laju motorku, sambil terus memperhatikan setiap papan nama di kiri dan kanan jalan, berharap saya dapat menemukan tulisan “Panti Asuhan” tertera di sana. Tapi hingga saya sampai di tempat pembuangan akhir (masih di wilayah Antang), saya belum juga berhasil menemukan tanda-tanda keberadaan panti asuhan di sana.
Saya membelokkan motorku ke kiri, menyusuri jalan yang belum pernah saya kenal. Lambat sekali saya menyusuri jalan itu. Rasanya jauh dan semakin jauh saja, tetapi tidak juga saya menemukan satu pun panti asuhan di sepanjang jalan itu. Sejenak saya berfikir bahwa mungkin saya kurang teliti, sehingga bisa saja sudah 2 atau 3 panti asuhan terlewati. Namun saya teruskan saja berkendara.
Hingga saya menemukan sebuah kantor polisi. Di papan nama kantor polisi tersebut, saya membaca tulisan yang menunjukkan bahwa daerah itu sudah termasuk wilayah Kabupaten Gowa. Astaga, saya sudah berada di Kabupaten Gowa, pikirku. Belum pernah saya sejauh ini berkendara. Apalagi melalui jalan yang belum pernah saya lewati sebelumnya. Saya tersesat.
Meski sudah berfikir tersesat, saya tidak berhenti begitu saja kemudian berbalik, dan pulang. Saya terus saja berjalan, hingga secara sepintas saya membaca tulisan “Nurul Fatimah” tertera di sisi kanan jalan. Seketika itu juga, saya memberhentikan motor saya, kemudian setengah berharap, mencoba memastikan bahwa itu adalah sebuah panti asuhan. Dan benar saja, itu adalah sebuah panti asuhan.
Bangunan panti tersebut terlihat sangat mengenaskan. Hanya berupa rumah yang sangat sederhana. Beberapa dindingnya hanya berasal dari ‘tambal sulam’ tripleks dan papan-papan sisa, tanpa ditutupi lapisan cat. Jemuran yang sedang penuh dengan pakaian anak-anak berjejer tidak teratur di samping panti. Suasanya terlihat sangat lenggang.
Segera saya mencoba mengalihkan perhatian dari rumah yang jadi panti asuhan tersebut. Saya mengeluarkan kertas serta sebuah pena dari dari dalam tas dan mulai mencatat setiap detil tulisan yang ada di papan namanya, lengkap dengan nomor telepon pengurusnya.
Hari semakin sore. Saya pun mengurungkan niat untuk mencari tahu lebih jauh mengenai panti asuhan itu. Saya harus bergegas pulang.
Hari berikutnya, diputuskan bahwa panti asuhan Nurul Fatimah yang saya ‘temukan’ itu dijadikan sasaran untuk anjangsana blogger Makassar, tanggal 29 September 2007.
Dan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya, sore tanggal 29 September 2007, Anjangsana dilaksanakan. Sejumlah anggota komunitas blogger Makassar sudah berkumpul. Dan dana juga sudah terkumpul sejak beberapa hari sebelumnya. Dana tersebut kemudian digunakan untuk membeli sembako dan keperluan lainnya untuk disumbangkan ke Panti Asuhan Nurul Fatimah.
Selesai berbelanja, perjalanan menuju panti asuhan Nurul Fatimah dimulai. Perjalanan itu sendiri ditempuh dengan 3 buah mobil dan 1 sepeda motor selama sekitar 40 menit.
Sudah hampir magrib ketika rombongan sampai di panti asuhan yang dimaksud. Beberapa anggota rombongan tercengang menyaksikan kondisi panti asuhan yang sangat memprihatinkan. Namun seketika saja perasaan itu lumer ketika anak-anak penghuni panti menyambut dengan keceriaannya masing-masing. Mereka mengenakan pakaian muslim, lengkap dengan kopiah bagi yang laki-laki, dan jilbab bagi anak-anak perempuan. Tampaknya mereka sudah bersiap-siap menyambut waktu berbuka puasa.
Pak Ilyas, laki-laki setengah baya pengurus panti asuhan itu menyambut saya dan rombongan, kemudian mempersilakan kami masuk. Senyum tidak pernah lepas dari wajahnya. Sambutan yang terasa begitu hangat bagi kami.
Barang-barang dimasukkan, kemudian semua rombongan masuk ke dalam rumah, duduk di lantai, berbaur bersama semua anak-anak dan para pengurus panti asuhan. Rumah itu memang terlalu kecil untuk menampung 53 orang anak asuh, ditambah dengan 5 orang pengurus panti. Sungguh kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kata-kata sambutan yang dibawakan oleh Tisa, seorang anggota Blogger Makassar terasa semakin mendekatkan para penghuni panti dengan rombongan Blogger Makassar. Beberapa kali Tisa mengajak anak-anak meniru gerakan ‘salam blogger’. Beberapa anak-anak langsung bisa menirunya. Namun beberapa yang lain tidak dapat melakukannya. Gelak tawa mereka pun riuh memenuhi seisi rumah mungil itu.
Pada kesempatan yang lain, anak-anak diminta untuk memperkenalkan dirinya masing-masing kepada kami. Beberapa di antaranya dengan tanpa malu-malu menyebutkan namanya. Beberapa yang lainnya malah dengan bangga mengatakan bahwa ia adalah peringkat satu di kelasnya. Ceria tidak pernah lepas dari wajah-wajah mereka.
Pak Ilyas dan istrinya menjelaskan sedikit tentang keadaan panti asuhan kepada kami. Ia menceritakan bagaimana panti itu dapat bertahan dengan beberapa kali perubahan politik di negeri ini. Ia juga menceritakan bagaimana Nurul Fatimah dapat terus menghidupi puluhan anak hanya dengan bantuan dari para tetangga dan donatur yang belum tentu ada setiap hari. Juga cerita keluh kesahnya tentang bagaimana anak-anak panti tidak dapat bersekolah di SD unggulan yang lokasinya berada dekat dengan panti hanya karena tidak memiliki ijasah TK, sementara mereka lebih memilih untuk mendahulukan kebutuhan perut anak-anak dari pada memenuhi kebutuhan untuk masuk di sekolah TK yang sebenarnya tidak begitu penting.
Di pangkuan ibu Ilyas, seorang balita yang mengenakan jilbab, duduk tenang tak pernah bersuara. Seorang teman bertanya tentang anak itu, kemudian ibu Ilyas bercerita sedikit tentang gadis kecil itu. Anak itu berasal dari daerah Kajang. Kini berusia setahun lebih, dan sudah diasuh sejak 7 bulan yang lalu. tuanya cerai, dan bapaknya meninggal karena mengalami kecelakaan kerja. Jatuh dari atas bangunan tempat ia menjadi kuli. Sudah beberapa panti asuhan menolak untuk merawat anak itu dengan alasan masih terlalu kecil, serta alasan-alasan lainnya.
Anak itu begitu lucu dengan pipinya yang besar. Sungguh sedih membayangkan anak seusianya sudah harus tinggal di sebuah panti asuhan dengan kondisi yang sangat seadanya, dan hidup dari belas kasihan orang lain.
Hampir magrib, kami pun segera menghakhiri kunjungan kami. Di akhir pertemuan kami dengan penghuni Nurul Fatimah, anak-anak panti tidak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan yang kami berikan. Mereka mengucap syukur Alhamdulillah beberapa kali , dan menyalami kami satu per satu.
Rombongan meninggalkan rumah sederhana itu, meninggalkan sisa-sisa senyum yang akan terus berbekas. Menyisakan harapan-harapan tentang kekuatan dan kesabaran dari anak-anak itu. Beberapa anak-anak tidak pernah berhenti menyunggingkan senyum dan terus memperhatikan kami menjauh. Semakin jauh, semakin sadar bahwa kami akan merindukan saat-saat seperti ini. Semakin sadar bahwa kita harus bersyukur karena diberikan kehidupan yang lebih layak. Lalu mengapa kita tidak bisa seceria mereka?---------------
credits :
models : me, angingmammiri.org, nurul fatimah's
pictures by : daeng ipul
Monday, October 08, 2007
O, Shit!!! Ciiii...ittt... BRAKK!!!!
hidupku sungguh
bersama engkau sangat berarti
terasa godaan hidup
namun kau masih di sisiku
temani segala resah hatiku...
"O, shit!!"
Ciiit cit cit ciit.. Ciiittt...
BRAKK!!! (*&@#)($*&@#)$@#$^@#)
Yah, begitulah.
Asik-asik singing on the road.
Eh, ada pete-pete (angkot) tiba-tiba memotong jalan, belok, memutar, balik arah tepat di depanku.
Untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak, pete-pete tadi pun saya tabrak pada sisi samping kanan dengan telaknya. BRAKK!!!!(*&@#)($*&@#)$@#$^@#)
Dan saya pun jatuh, tepat di sisi roda belakang. Fiuhhh!!
Tidak ingin berlama-lama jadi pusat perhatian (juga tidak mau berharap pertolongan), saya bangkit (juga membangkitkan motor), nengok ke belakang (berharap tidak ada mobil lain yang menghantam), liat kondisi motor (syukurlah tidak ada yang rusak).
Si supir turun dari mobilnya, menghampiri saya, kemudian bertanya, "dari mana, ko?"
"Jalan ka' di sebelah kanan", kata saya. "Tidak apa-apa ji mobil ta'?".
"Tidak apa-apa, ji".
Begitu si supir tadi bilang "tidak apa-apa, ji", saya langsung tancap gas... ngyuuuung.... pergi meninggalkan TKP.
Jadi, kejadiannya seperti ini :
Lokasi : jalan AP. Pettarani, Makassar
Waktu : sekitar jam 1 malam, tanggal... 8 Oktober 2007 mungkin
Korban : saya, motor saya, pete-pete
Kro-non-logis kecelakaan :
1. motor saya ndak ada lampu depannya, sehingga
2. ndak dilihat sama si supir pete-pete, sehingga
3. si supir membelokkan mobilnya dengan illegal U-Turn, sehingga
4. saya yang sudah sangat dekat tidak dapat menghindar, sehingga
5. BRAKK!!!!(*&@#)($*&@#)$@#$^@#), sehingga
6. saya jatuh, sehingga
7. pinggang, lengan, dan lutut saya sakit